MAKALAH AUSTRALIA MENYADAP INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terkait dengan konflik Indonesia dan Australia yang saat ini sedang
memanas. sebenarnya permasalahan antara kedua negara ini sudah terjadi semenjak
tahun lalu.Ketika terjadinya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia, Australia
turut campur dengan berpihak kepada Malaysia. Militer Australia yang ketika itu
mendukung Malaysia terlibat pertempuran dengan militer Indonesia di Borneo
(Kalimantan).
Ketika terjadi pemisahan Timor Timur (sekarang Timor Leste) dari
Indonesia pada 1999, hubungan kembali memanas. Indonesia menganggap bahwa
lepasnya Timor Timur di kala itu akibat dari turut campur Australia.
Rumusan Masalah
1.
Konflik apa saja yang terjadi diantara kedua negara ini?
2.
Kenapa Australia menyadap Indonesia?
3.
Siapa-siapa saja pejabat RI yang disadap Australia?
4.
Bagaimana cara Australia menyadap Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
AUSTRALIA MENYADAP INDONESIA
Terbukti bahwa konflik Indonesia sebenarnya
sudah lama terjadi. dan akhir-akhir ini kembali memanas Terkait dengan penyadapan.
Konflik itu meliputi:
Hubungan Indonesia dan Australia pernah mengalami ketegangan saat
43 warga Papua meminta suaka politik ke Australia pada 2006. Kala itu
Pemerintah Australia memberikan visa perlindungan sementara (temporary protection
visa) kepada 42 dari 43 warga Papua itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) saat itu sempat menarik duta besar Indonesia untuk Australia Hamzah
Thayeb untuk berkonsultasi di Jakarta.
Pemerintah Indonesia menyatakan tidak bisa menerima keputusan Pemerintah
Australia yang telah memberikan visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua
dan menganggap Canberra menerapkan standar ganda dalam kasus pemberian visa
tinggal sementara tersebut. Keputusan Departemen Imigrasi Australia (DIMA)
itu dianggap tidak menyenangkan karena sejak awal pemerintah Indonesia, baik
melalui Kementerian Luar Negeri maupun komunikasi langsung Presiden SBY melalui
telpon dengan PM John Howard, telah menegaskan bahwa tidak satupun dari ke-43
warga Papua tersebut yang tengah dikejar oleh aparat.
Ketegangan itu berakhir saat Presiden SBY dan Perdana Menteri
Australia saat itu John Howard bertemu dan sepakat untuk menormalisasi hubungan
bilateral dan membangun kembali kerjasama yang lebih baik dan saling
menghormati kedaulatan dan integritas wilayah.
Penyadapan[2]
Isu penyadapan muncul setelah sebuah dokumen yang dibocorkan Edward
Snowden diterbitkan oleh media Australia, ABC dan Guardian. Intelijen Australia
menyadap telepon seluler milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri. Ternyata
hal itu bukan sekadar isu. Memang benar intelijen Australia menyadap Presiden
dan beberapa menteri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
mengungkapkan rasa kecewanya atas tindakan Pemerintah Australia yang melakukan
penyadapan terhadap dirinya. Ia menilai tindakan itu menyakitkan.
Melalui akun @SBYudhoyono, yang merupakan akun pribadinya di
jejaring sosial twitter, Presiden SBY menuliskan jika Pemerintah Indonesia akan
meninjau kembali kerjasama bilateral dengan Pemerintah Australia. Menurutnya
tindakan penyadapan yang dilakukan oleh Pemerintah AS dan Australia sangat
mencederai kemitraan strategis dengan Indonesia, terlebih AS dan Australia
sama-sama negara yang menganut azas demokrasi. "Saya juga menyayangkan
pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan terhadap Indonesia,
tanpa rasa bersalah. *SBY*," katanya.
Imigran
Masalah penyelundupan imigran gelap di Indonesia, khususnya Jabar
seakan tidak ada henti-hentinya. Ratusan bahkan ribuan imigran gelap asal
negara-negara yang tengah berkonflik, hampir setiap saat mencoba menyeberang
melalui sejumlah titik di pesisir pantai selatan Jabar menuju Christmas Island,
Australia.
Berdasarkan data Human Right Watch (HRW), hingga Juni 2013 lalu,
terdapat 9.226 imigran asing ilegal yang masuk ke Indonesia, sebanyak 2.000
orang di antaranya adalah anak-anak. Jumlah ini diperkirakan meningkat hingga
2.000% dibanding 2008 silam. Hal tersebut sebagai dampak dari konflik-konflik
yang terjadi di berbagai negara, seperti Afghanistan, Iran, Irak,dan negara
Timur Tengah lainnya, juga dari Asia seperti Sri Langka dan Burma. Sebagian
besar mereka masuk secara ilegal melalui jalur laut untuk dapat menyeberang ke
Australia demi mencari suaka.
Australia sendiri memang menjadi negara impian para pencari suaka.
Karena,NegeriKanguru tersebut memiliki UU Perlindungan Suaka, sehingga para
pencari suara punya harapan untuk membangun kehidupan baru. Sedangkan Indonesia
hanyalah tempat transit karena negara inibelum meratifikasi Konvensi Pencari
Suaka Tahun 1951. Kasus terakhir percobaan penyelundupan imigran gelap
terjadi di Pantai Jayanti, Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan, Rabu (24/7).
Namun upaya menyeberang ke Australia gagal, setelah kapal yang ditumpangi
mereka karam diterjang ombak. Bahkan,16 orang tewas, sedangkan 189 imigran yang
berasal dari Sri Langka, Bangladesh, Iran, Irak, dan Bahrain tersebut selamat.
Ini bukan kasus yang pertama. Dalam catatan INILAH, selama bulan
Juni-Juli tahun ini, sudah terjadi tujuh kasus percobaan penyelundupan imigran gelap
ke Australia yang gagal atau berhasil digagalkan. Kasus-kasus ini terjadi di
pesisir pantai selatan, seperti Sukabumi, Karawang, Cianjur, Garut,
Tasikmalaya, dan Ciamis. Jika ditotal jumlah mereka hampir mencapai 900 orang.
Namun di antara mereka banyak pula yang sudah tertangkap untuk kesekian
kalinya.
Pasalnya, para imigran yang berhasil diamankan sebagian besar
dibebaskan kembali karena memiliki dokumen keimigrasian, yakni surat jaminan
pencari suaka dari UNHCR. Sesuai peraturan internasional, para pencari suaka
ini harus dilindungi oleh UNHCR dan tidak boleh dideportasi ke negara asal.
Mereka hanya diamankan di Rumah Detensi Imigrasi yang total berjumlah 13 di
berbagai provinsi di Indonesia.
Jadilah kasus penyelundupan imigran yang akan menyeberang ke
Australia selalu terulang. Dan nyatanya, para pencari suaka ini tidak akan
pernah kapok untuk mencoba menyeberang ke Christmas Island, kendati nyawa
taruhannya. Perdana Menteri Australia Tony Abbott mencak-mencak dan
memperingatkan bahwa Canberra tidak senang Jakarta menolak menyelamatkan
pencari suaka yang terapung-apung di Samudera Indonesia.
Sebanyak 63 orang perahu pencari suaka diselamatkan oleh kapal SAR
Australia dari perairan dekat Pulau Jawa pada Sabtu (9/11/2013). Menurut hukum
laut internasional, mereka harus ditampung di pelabuhan terdekat, yaitu di
Pulau Jawa. Abbot menyatakan kejengkelannya kepada Indonesia dan
diungkapkan lewat siaran radio mingguan di Sydney, Senin (11/11/2013). “Orang
perahu itu perlu diselamatkan di zona search and recue (SAR) Indonesia,”
ujarnya di stasiun radio 2GB, Sydney, tulis koran Sydney Morning Herald.
Abbott jengkel karena dalam pertemuan di KTT APEC di Bali bulan
lalu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kedua pemimpin sepakat menangani
penyelundupan manusia atau pencari suaka ke Australia dengan kerja sama yang
erat. Ketegangan mengenai orang perahu itu muncul hanya beberapa hari
setelah Jakarta menyatakan keberatannya atas operasi mata-mata Australia yang
dilakukan oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Kenapa Australia menyadap Indonesia?[3]
Menurut Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, kemungkinan
besar Australia menyadap Indonesia dikarenakan Australia merupakan Satpam
penjaga kepentingan Amerika Serikat di Asia Pasifik. Oleh karena itu menurut
Bambang, walau Australia sudah berencana menghentikan penyadapan, Indonesia
tidak boleh begitu saja percaya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Amerika Serikat
dan sekutunya tidak pernah berhenti memata-matai teman sendiri atau negara lain
yang berseberangan dengan Amerika. Wikileaks pun jauh hari sudah melaporkan hal
ini.
Menurut Bambang, jika Australia saat ini memang akan berhenti
menyadap Indonesia, bukan tidak mungkin kalau di waktu yang akan datang, di
saat keadaan sudah tenang dan orang-orang sudah melupakan hal ini, Australia
akan kembali menyadap Indonesia. Kalau mau menarik benang merah antara hubungan
Australia dengan Amerika Serikat terhadap kasus penyadapan di Indonesia,
Australia sebetulnya selalu menaruh curiga terhadap sejumlah negara di Asia
termasuk Indonesia. Dan Amerika Serikat pun yang alergi terhadap tindakan
terorisme, menganggap Indonesia merupakan negara yang harus diwaspadai
gerak-geriknya. Karena seperti yang kita ketahui, banyak kasus terorisme besar
yang terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, menurut Bambang, Amerika Serikat akan terus
meminta Australia untuk mengawasi Indonesia di masa yang akan datang. Australia
pun pasti tidak akan keberatan kalau mendapat perintah dari Amerika Serikat.
Seperti yang kita ketahui, terbongkarnya penyadapan yang dilakukan Australia
berawal dari dokumen rahasia yang dibocorkan whistblower asal Amerika Serikat,
Edward Snowden, yang dipublikasikan oleh Australian Broadcasting Corporation
(ABC) dan harian Inggris The Guardian. Kedua media tersebut menyebutkan kalau
presiden SBY dan sembilan orang yang berada di lingkaran SBY menjadi target
penyadapan Australia. Ibu negara, Ani Yudhoyono pun menjadi target Australia.
Dari dokumen-dokumen yang ada, pihak intelijen Australia melacak
kegiatan Presiden SBY melalu telepon genggamnya selama 15 hari pada 2009,
dimana saat itu Kevin Rudd dari Partai Buruh menjadi Perdana Menteri Australia.
Dilansir ABC, salah satu dokumen tersebut berjudulkan ‘3G Impact and Update”.
Dilihat dari halaman per halaman, intelijen Australia sepertinya sedang
mengikuti peluncuran teknologi 3G di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa opsi
penyadapan didaftarkan dan dibuat untuk memilih salah satu darinya kemudian
menerapkannya ke sebuah target, dalam hal ini pemimpin Indonesia.
Untuk alasan kenapa Australia juga menjadikan Ibu Ani sebagai
target penyadapan, pengamat intelijen , Wawan Purwanto mengatakan kalau
Australia menyadap Ibu Ani lantaran kepentingan politik 2014. Jadi, lanjut
Wawan, penyadapan kepada Ibu Ani juga telah diketahui jauh-jauh hari oleh BIN.
Tetapi BIN tentunya tidak bakal membuka ke ruang publik dan BIN melakukan
langkah-langkah tertentu sebagai antisipasi.
Berdasarkan laporan, penyadapan ditujukan kepada Presiden SBY, Ibu
Ani, Wakil Presiden Boediono, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Juru Bicara
Presiden Dino Pati Djalal, dan Andi Malarangeng. Selain nama-nama di atas,
beberapa menteri saat itu juga menjadi target penyadapan, seperti Menteri
Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menko Ekuin Sri Mulyani, Menko Polhukam Widodo
AS, dan Menteri BUMN Sofyan Jalil pun tidak luput dari target penyadapan.
Siapa-siapa saja pejabat RI yang disadap Australia?[4]
Seperti diberitakan Australian Broadcasting Corporation (ABC),
dugaan penyadapan itu dibocorkan mantan karyawan Badan Keamanan Nasional AS,
Edward Snowden. Informasi tersebut berada dalam dokumen yang berjudul “3G
Impact and Update”. Dalam dokumen tersebut terdapat sepuluh nama pejabat
Indonesia lengkap dengan tipe ponselnya masing-masing. Selain Presiden SBY,
nama Ibu Negara Ani Yudhoyono juga termasuk salah satu yang disadap Australia.
Baca juga: Ratusan Website Australia Diserang Hacker Indonesia. Menurut
informasi yang dihimpun, penyadapan tersebut dilakukan pada tahun 2009. Berikut
daftar 10 pejabat dan juga tipe ponselnya yang disadap Australia, seperti
dilansir oleh ABC dari Snowden:
1.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono – Nokia E90-1
2.
Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono) – Nokia E90-1
3.
Hatta Rajasa (saat itu, Menteri Sekretaris Negara) – Nokia E90-1
4.
Sri Mulyani Indrawati (saat itu, Pelaksana Tugas Menko Prekonomian)
– Nokia E90-1
5.
Sofyan Djalil (saat itu, Menteri BUMN) – Nokia E90-1
6.
Andi Mallarangeng (saat itu, Juru Bicara Presiden urusan dalam
negeri) – Nokia E71-1
7.
Widodo Adi Sucipto (saat itu, Menkopolhukam) – Nokia E66-1
8.
Dino Pati Djalal (saat itu, Juru Bicara Presiden urusan luar
negeri) – BlackBerry Bold (9000)
9.
Wakil Presiden Boediono – BlackBerry Bold (9000)
10.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla – Samsung SGH-Z370
Bagaimana cara Australia menyadap Indonesia?[5]
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Tantowi Yahya menduga alat
intersepsi (penyadapan) oleh Pemerintah Australia masuk ke Indonesia
berbarengan dengan bantuan peralatan komunikasi yang datang dari Australia ke
Indonesia di masa lalu.
"Pada 2001, Polri, Densus 88 menerima bantuan dari Australia
berupa alat intersepsi. Patut diduga masuknya penyadapan itu dari peralatan
yang diterima polisi itu," ujar Tantowi di Gedung DPR, Jakarta, Selasa
(19/11/2013).
Jadi, kata Tantowi, peralatan tersebut kemungkinan sudah
dibuat terkoneksi dengan sistem di Australia. “Patut diduga salah satu sumber
kebocoran dari situ," ujarnya. Lebih lanjut Tantowi mengatakan, Fraksi
Golkar akan bertindak tegas menyikapi persoalan penyadapan tersebut. "Maka
saya bersama (Kelompok Fraksi) Golkar mengharapkan pada polisi, khususnya
Densus, untuk menghentikan penggunakan dari alat intersepsi," kata dia.
Menurutnya, Indonesia perlu menarik Duta Besar RI di Australia. Hal
itu dinilai sudah cukup tegas. Pasalnya, Pemerintah Australia juga enggan
meminta maaf atas kabar penyadapan ini. "Sikap tegas sudah jelas, kita
menarik Kedubes Indonesia di Australia. Kita mengharapkan bahwa penarikan itu
tidak hanya sekadar untuk konsultasi, namun penarikan secara permanen sampai
dengan ada klarifikasi dan permohonan maaf dari Pemerintah Australia,"
ujarnya.
Tantowi menuturkan, Pemerintah Australia telah menunjukkan sikap
yang tidak bersahabat. "Apalagi, tiba-tiba ada statement dari otoritas
tertinggi Australia yang sangat tidak bersahabat. Menurut saya, ini mengganggu
nilai-nilai yang sudah terbina selama ini. Mengganggu rasa percaya Indonesia
kepada Australia," kata Juru Bicara Partai Golkar ini.
Tanggapan Publik Australia atas Penyadapan Para Petinggi Kita.[6]
Ternyata isu pemanggilan pulang duta besar Indonesia untuk
Australia mendapat tanggapan serius dari masyarakat Australia. Koran The Sidney
Morning Herald bahkan merating isu ini sebagai berita yang dikategorikan most
popular bersanding dengan berita terkait ” spyng skandal SBY to Tweter to
hit out at Tony abbot” . Dalam ulasannya, “Indonesian Recal Its Ambassador”
koran itu secara lugas membahas dan menjelaskan kronologi serta korban
penyadapan para petinggi kita. Tony Abbot menegaskan secara gamblang bahwa apa
yang dilakukannya sudah betul.
Pernyataan PM Australia sedikit pun tidak merasa bersalah atas
penyadapan yang dilakukannya terhadap para petinggi kita. PM Tonny Abbot
malahan mengeluarkan statement arogan bahwa apa yang dilakukannya adalah
sebagai bentuk proteksi terhadap Australia. Pertanyaan yang kemudian muncul
adalah melindungi dari apa? Bukankah secara logika semua juga paham penyadapan
ilegal yang dilakukan Australia kepada presiden kita adalah dikategorikan
sebagai ” mencuri informasi secara licik”? Artinya sekian lama Australia mengambil
semua informasi dan mencuri dengar semua percakapan penting maupun tidak
penting presiden kita yang bukan urusan dan haknya.
Terkait peryataan Abbot bahwa hubungannya dengan Indonesia adalah
yang paling penting juga menimbulkan keraguan yang mendalam bagi bangsa
Indonesia. Jelas-jelas tindakan Australia ini menegaskan bahwa “Indonesia bukan
mitra yang dianggap penting oleh Australia”. Ini adalah tindakan pelanggaran
kedaulatan dalam bentuk halus. Kalau misalnya indonesia yang melakukan tindakan
penyadapan, apakah Australia mau menerima?
Mungkin saja kalau Indonesia yang melakukan penyadapan dan diakui
secara resmi oleh Indonesia, bukan cuma duta besar Australia yang ditarik
pulang, namun saya yakin akan ada tindakan lebih dari mereka.
Lalu bagaimana masyarakat Australia menyikapi penyadapan ilegal
ini? Menarik kemudian di akhir berita pernyataan mantan menteri luar
negeri Alexander Downer yang mengatakan bahwa “revelations were damaging to
Australia ” bahwa insiden itu sangat mengejutkan dan merusak hubungan Australia
dan Indonesia ‘It’s a shocking situation,” he said. Apa yang dikatakan Downing
ini beralasan. Pemerintah Australia telah mencederai hubungan diplomatik dengan
Indonesia. Mereka telah mempertaruhkan kepercayaan besar dari masyarakat Indonesia.
Australia tidak percaya dengan Indonesia.
Masyarakat Australia sendiri melalui poling yang dilakukan
oleh 59 persen responden yang membaca berita itu memilih tidak setuju dengan
tindakan pemerintah Australia dan setuju jika pemerintah Australia
meminta maaf kepada Indonesia. Meskipun tidak mewakili pandangan semua
masyarakat Australia namun poling yang dilakukan oleh surat kabar
ini,menunjukan bahwa responden menentang apa yang dilakukan sang perdana
menteri. Poling ini menunjukan bahwa isu ini juga menuai sikap
kontra dari publik Australia dan sudah selayaknya perdana menteri Abbot
mengakui kesalahan dan berjiwa besar meminta maaf kalau memang salah, bukankah
itu sikap tetangga yang baik?
Dan inilah tanggapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang
penyadapan Australia terhadapnya dan kepada Indonesia.[7]
Setelah dikritik berbagai pihak lantaran hanya berkomentar di
Twitter soal kasus penyadapan intelijen Australia terhadap telepon selular
pribadinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya
menyatakan pernyataan resmi.
SBY menegaskan Ia akan mengirim surat resmi kepada Pemerintah
Australia mengenai penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia terhadap
Presiden, Ibu Negara, dan sejumlah pejabat pemerintah.
Hal itu disampaikan Presiden SBY dalam jumpa pers di kantor
kepresidenan, Rabu (20/11/2013). “Saya ingin minta penjelasan resmi atas
penyadapan itu,” tegas SBY. Permintaan penjelasan itu akan disampaikan SBY
melalui surat.”Saya akan mengrim surat resmi kepada Perdana Menteri Australia
Tony Abbott untuk meminta permintaan sikap resmi dari Australia dan melihat apa
yang bisa kita lakukan nanti.” lanjut SBY.
Hal itu disampaikan SBY karena hingga kini pemerintah Australia
belum juga menyampaikan pernyataan resmi kepada Indonesia.
Bahkan, Perdana Menteri Australia Tony Abbott, pada Selasa (19/11/2013),
malah menyatakan tidak akan meminta maaf kepada Indonesia. Pernyataan itu
disampaikan Abbott saat berpidato di depan parlemen Australia.
Presiden SBY mempertanyakan mengapa Australia harus menyadap kawan,
bukan lawan. ”Saya tidak paham kenapa itu harus terjadi. Kenapa itu
dilakukan Australia kepada Indonesia. Saya ingin minta penjelasan resmi dari
pemerintah Australia atas penyadapan itu,” tandas SBY.
Menurut presiden, tindakan penyadapan yang dilakukan Australia
terhadap Indonesia merupakan pelanggaran hukum internasional dan juga menabrak
hak azasi manusia (HAM). “Penyadapan yang dilakukan Australia sulit dimengerti.
Saya sulit untuk memahaminya mengapa itu harus dilakukan. Sebab,
sekarang ini bukan era perang dingin yang harus harus saling
mengintai dan saling menyadap,” tegas Kepala Negara.
Terkait insiden penyadapan tersebut, Presiden SBY menegaskan,
Indonesia akan membekukan sementara kerja sama dengan Australia dalam hal pelatihan
perang. Pembekuan kerja sama latihan perang ini dilakukan baik untuk udara,
darat dan laut. “Saya juga meminta dihentikan latihan-latihan bersama antara
tentara Indonesia dan Australia baik angkatan darat, angkatan laut dan angkatan
udara maupun sifatnya yang gabungan,” tegas Presiden SBY.
Sebelumnya, latihan militer bersama antara Australia dan Indonesia
sempat dilakukan pada Selasa (19/11/2013). Latihan ini melibatkan jet-jet
tempur kedua negara ini, di Darwin, Northern Territory. Ada sekitar 200 prajurit
dari Indonesia dan Australia ambil bagian dalam latihan itu. Latihan itu
memiliki sandi Elang AusIndo.
Presiden SBY mengatakan, tidak ada jaminan bahwa latihan perang ini
tidak disadap juga. Sehingga untuk menunggu ada penjelasan yang resmi dari Australia,
bentuk latihan-latihan seperti ini dihentikan sementara. “Tidak mungkin kita
melanjutkan semuanya itu kalau kita yakin tidak ada penyadapan terhadap tentara
Indonesia, pada kita yang mengemban tugas negara. Saya kira jelas dan logis,”
tegas SBY.
Selain itu, berbagai kerja sama juga turut dihentikan. Termasuk
pertukaran informasi dan intelijen yang sudah terjalin lama antara Indonesia
dan Australia. “yang jelas untuk sementara, saya minta dihentikan dulu kerja
sama yang disebut pertukaran informasi dan pertukaran intelijen,” kata SBY.
DPR RI menilai sikap pemerintah Indonesia terhadap Australia yang
disampaikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sudah tegas. Ketua
Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai sikap pemerintah Indonesia sudah tegas.
“Wajar reaksi Presiden menghentikan sebagian kerjasama sektor keamanan
pertahanan dengan Australia,” kata Mahfudz, Rabu (20/11/2013).
Selain kerjasama di bidang militer, Presiden SBY juga menegaskan
akan mengatur ulang kerjasama terkait people smuggling atau pencari suaka.
Banyak imigran gelap atau pencari suaka dari negara lain yang masuk ke
Australia melalui Indonesia. Kerjasama ini juga kini dihentikan sementara.
Mahfudz mendukung langkah ini. Bagi dia, memang harus ditinjau
ulang. “Persoalan kerjasama tentang people smuggling juga penting untuk
direview,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Terkait insiden penyadapan ini, Indonesia sudah memanggil pulang
Duta Besar Indonesia untuk Australia, Najib Riphat Kesuma. Duber RI untuk
Australia akan terus berada di Indonesia sampai dengan pemerintah negeri
kangguru itu memberikan sikap dan penjelasan terkait penyadapan Presiden SBY
dan sejumlah pejabat lainnya.
Menurut Najib, ia akan tetap berada di Indonesia selagi pemerintah
Australia tidak menanggapi serius sikap Indonesia dengan memberikan penjelasan
mengenai penyadapan, dirinya akan kembali ke Canbera. “Ini kan tergantung
kepada bagaimana respon dari pemerintah Australia. Jadi kita lihat nanti,’”
ujar Najib di kompleks Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Sebagaimana diketahui, penarikan Dubes RI untuk Australia merupakan
salah satu sikap Indonesia menanggapi penyadapan yang dilakukan atas dugaan
Badan Intelijen Australia menyadap telpon seluler milik Presiden RI, Ibu
Negara, Ani Yudhoyono, Wapres Boediono, dan sejumlah Menteri Kabinet dan
pejabat-pejabat penting lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konflik yang terjadi dalam permasalahan penyadapan Australia
terhadap Indonesia adalah adanya ketegangan saat 43 warga Papua meminta suaka
politik ke Australia pada 2006, adanya penyadapan terhadap Indonesia
dikarenakan Australia merupakan Satpam penjaga kepentingan Amerika Serikat di
Asia Pasifik. Karena Amerika Serikat pun yang alergi terhadap tindakan
terorisme, menganggap Indonesia merupakan negara yang harus diwaspadai
gerak-geriknya. Karena seperti yang kita ketahui, banyak kasus terorisme besar
yang terjadi di Indonesia. Amerika Serikat akan terus meminta Australia untuk
mengawasi Indonesia di masa yang akan datang. Australia pun pasti tidak akan
keberatan kalau mendapat perintah dari Amerika Serikat.
Seperti yang kita ketahui, terbongkarnya penyadapan yang dilakukan
Australia berawal dari dokumen rahasia yang dibocorkan whistblower asal Amerika
Serikat, Edward Snowden, yang dipublikasikan oleh Australian Broadcasting
Corporation (ABC) dan harian Inggris The Guardian. Kedua media tersebut
menyebutkan kalau presiden SBY dan sembilan orang yang berada di lingkaran SBY
menjadi target penyadapan Australia. Ibu negara, Ani Yudhoyono pun menjadi
target Australia.
Pejabat-pejabat Republik Indonesia yang juga disadap oleh Australia
antara lain:
1.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono – Nokia E90-1
2.
Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono) – Nokia E90-1
3.
Hatta Rajasa (saat itu, Menteri Sekretaris Negara) – Nokia E90-1
4.
Sri Mulyani Indrawati (saat itu, Pelaksana Tugas Menko Prekonomian)
– Nokia E90-1
5.
Sofyan Djalil (saat itu, Menteri BUMN) – Nokia E90-1
6.
Andi Mallarangeng (saat itu, Juru Bicara Presiden urusan dalam
negeri) – Nokia E71-1
7.
Widodo Adi Sucipto (saat itu, Menkopolhukam) – Nokia E66-1
8.
Dino Pati Djalal (saat itu, Juru Bicara Presiden urusan luar
negeri) – BlackBerry Bold (9000)
9.
Wakil Presiden Boediono – BlackBerry Bold (9000)
10.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla – Samsung SGH-Z370
DAFTAR PUSTAKA
[1] A’raaf Gaufar, “Keep
Zealously”, Awal Mula Konflik Indonesia Dengan Australia, diakses dari http://zelously.blogspot.com/2013/11/awal-mula-konflik-indonesia-dan.html pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 13:32.
[2] A’raaf Gaufar, “Keep
Zealously”, Awal Mula Konflik Indonesia Dengan Australia, diakses dari http://zelously.blogspot.com/2013/11/awal-mula-konflik-indonesia-dan.html pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 13:34.
[3] Ciri cara, “Ciri
Cara.com”, Apa Alasan Australia Menyadap Indonesia, diakses dari http://ciricara.com/2013/11/24/apa-alasan-australia-menyadap-indonesia/ pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 13:50.
[4] Ciri cara, “Ciri
Cara.com”, Apa Alasan Australia Menyadap Indonesia, diakses dari http://ciricara.com/2013/11/24/apa-alasan-australia-menyadap-indonesia/ pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 13:58.
[5] Okezone.com, “News”, Ini
cara Australia sadap telefon SBY, diakses dari http://news.okezone.com/read/2013/11/19/337/899346/ini-cara-australia-sadap-telefon-sby pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 15:48.
[6] Kompasiana, “Luar
Negeri”, Inilah tanggapan publik Australia atas penyadapan para petinggi kita,
diakses dari http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/11/19/pandangan-publik-australia-tentang-penyadapan-indonesia-59-persen-tidak-setuju-610838.html pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 16:31.
[7] KabarNet, “Wordpress”,
Inilah tanggapan resmi SBY soal penyadapan Australia, diakses dari http://kabarnet.wordpress.com/2013/11/21/inilah-tanggapan-resmi-sby-soal-penyadapan-australia/ pada tanggal 18 Desember 2013 pukul 16:40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar